Wednesday, November 13, 2013

Review: Ai by Winna Efendi

Judul: Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
Halaman: 288
Harga: IDR 41,500 
Rating: 4.5/5








Mereka bersahabat sejak lahir. Ai dan Sei. Melengkapi dan membutuhkan satu sama lain sedari kecil. Tapi tak pernah menyadari cinta yang hadir di tengah mereka, sejak itu pula. 

Entah sejak kapan, Sei mencintai Ai. 

Mungkin sejak pertama kali Ai menggenggam tanganku.

Begitu menurut Sei. Dan Ai, mencintai Sei mungkin sejak insiden kancing itu. Tak ada yang berani mengungkapkan perasaannya. Takut merusak persahabatan mereka alasannya, klise. Tapi mereka masih pergi ke sekolah bersama dan menggoes sepeda mereka berlriringan setiap pagi. Saling mengisi yang akhirnya melengkapi. Sampai akhirnya,
Shin ada.


Awalnya Shin hadir di tengah persahabatan mereka sebagai sahabat. Perlahan, berubah. Ai merasa dibutuhkan dan membutuhkan ketika berada bersama Shin. Diisi dan mengisi kekosongan masing-masing. Menumbuhkan cinta itu.
Menggeser posisi Sei.
Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat tiba-tiba kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.
Saat merasa tersisih, Sei menemukan Natsu. Gadis yang bekerja paruh waktu bersamanya, yang mengisinya. Atau mungkin, pelariannya.

Ketika semua semakin rumit, akankah cinta pertama Ai dan Sei menang melawan cinta yang baru dan menjemput mereka? Melawan jodoh bernama takdir...


edited by me
Akhirnya setelah sekian lama menunggu aku bisa juga membaca novel ini. Seperti biasa, gaya penulisan Winna memang selalu menyenangkan untuk kubaca ^^. Tidak hanya ringan, tapi diam-diam menyisipkan makna di dalamnya.

Aku bukan penyuka Jepang (otaku), dan di novel ini (Kak) Winna tidak memaksa pembacanya memahami budaya Jepang tapi berhasil membawaku merasakan latar Jepangnya. Setiap set yang diciptakan terasa nyata tanpa penekanan berlebihan. Aku juga sangat menikmati berada di POV orang pertama (yang memang favoritku :p). Melihat dari sudut pandang Sei dan secara perlahan merasakan yang ia rasakan. Menimbulkan konflik dengan halus dan membuat penasaran. 

Saat kukira akan berakhir sedih, justru kejutan terjadi. Di sinilah yang tadinya aku penasaran dengan apa yang dipikirkan Ai terbayar. Aku dapat menikmati cerita dari sudut pandang Ai. Mengapa ia membuat Sei merasa demikian dan apa yang ia rasakan. 

Puncak konfliknya tidak terduga dan penurunan konfliknya juga halus. Dari awal hingga akhir aku tidak merasa terpaksa membacanya dan akhirnya sampai pada ending yang bisa dibilang nagih untuk melihat lebih banyak momen Ai dan Sei :p

Bukunya bagus, meski telat membacanya selama 4 tahun dari rilis.(^ω^)

No comments:

Post a Comment