Friday, October 25, 2013

Review: Tears in Heaven by Angelia Caroline

Judul: Tears in Heaven
Penulis: Angelia Caroline
Penerbit: GagasMedia
Halaman: 346
Harga: Rp 48,000
Rating:
3/5






Pria Caucasian asal Bali bernama Nathan pindah ke Jakarta untuk alasan yang sangat dibencinya. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru, orang baru dan sekolah baru. Tak disangka, hari pertamanya ia bertemu dengan seorang gadis mungil, Kayla namanya. Gadis itu seperti magnet yang setiap tingkah lakunya selalu menarik Nathan semakin dekat dan penasaran dengannya.

Bukan hanya Kayla
yang ia jumpai di hari pertamanya, seorang gadis beken di sekolahnya yang juga teman sebangku Nathan, Tania. Melihat pria blasteran yang good-looking di sekolah mereka tentu saja membuat siapa saja ingin dekat dengan Nathan. Termasuk Kezia, anak kelas X yang bertemu dengan Nathan karena kecerobohannya.

Meski banyak yang mendekati Nathan, namun rupanya ia telah menentukan pada siapa pilihannya dijatuhkan. Tapi kenyataan justru menghalangi kisah mereka berdua.

Lalu siapa yang Nathan pilih? Kejadian tak terduga juga menanti jalan kisah mereka...



edited by me


Cerita ini sebenarnya agak mengingatkanku terhadap salah satu novel terjemahan Jepang karna ending yang unpredictable-nya. Bukan hanya endingnya, tapi juga alurnya yang dari awal sampai akhir pertengahan aku agak kurang bisa menemukan titik-titik masalah sebenarnya (karna banyaknya masalah yang ditimbulkan). Awalnya aku penasaran, tapi semakin lama penasaran itu justru berubah menjadi suatu kebingungan. Banyak clue-clue yang diberikan tapi karna memang sulit ditebak jadi aku tidak bisa menebak ke mana arah ceritanya (ini poin plus :p).

Lalu akhirnya aku sampai pada klimaksnya yang mana langsung kusimpulkan cerita ini mirip dengan novel Her Sunny Side. Dari situ mulai ada penurunan konflik tapi tetap tidak bisa membuatku merasa greget dengan keseluruhan ceritanya. Menurutku banyak bagian yang 'mengambang' dan kurang bisa membuatku merasakan apa yang ingin disampaikan penulisnya. Sepertinya sang penulis juga kurang berani mengekspresikan dirinya di cerita ini.

Meski agak mengecewakan (karna sebenarnya aku mengincar buku ini sejak sebelum dirilis >//<) tapi aku bisa menikmatinya dan menamatkannya tanpa kehilangan mood membaca.


No comments:

Post a Comment