Tuesday, January 21, 2014

Review: The Alchemyst (The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel #1) by Michael Scott

Judul: The Alchemyst (The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel)

Penulis: Michael Scott

Penerbit: Matahati
Halaman: 504pg
Harga: IDR 68,000

Rating: 5/5 stars
Aku ingin mencamkan bahwa yang kalian ketahui – atau kalian piker kalian ketahui – tentang mitos dan legenda tidak selalu salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Setiap legenda memiliki inti kebenaran.

Nicholas Flamel sang Alchemyst yang telah hidup berates-ratus tahun mendapat masalah. John Dee berusaha mencuri buku berisi rahasia keabadiannya! Ketika sedang berusaha mempertahankan buku bernama Codex itu, seorang remaja yang bekerja di toko buku miliknya berusaha membantu. Josh – nama pemuda itu – tak menyadari bahaya yang mengintainya setelah melihat dan terlibat dalam keonaran yang dibuat Dee. Di sisi lain, Sophie – saudara kembar Josh – sedang berada di café yang berseberangan dengan toko buku Nicholas, dan ia melihat kejadian itu. Tentu saja ia tak bisa melihat saudara kembarnya itu berjuang sendirian untuk membantu Flamel. Sophie pun terlibat dalam pertarungan keduanya. Dee berhasil merebut Codex. Tidak hanya itu, ia bahkan berhasil menculik Mrs. Paranelle Flamel, istri sang Alchemyst. Dan tanpa buku itu, baik Paranelle atau Flamel sendiri akan menua satu tahun setiap harinya. Umur mereka tak lebih dari tiga puluh hari. Belum lagi, para Tetua Gelap – makjikan Dee – akan memanfaatkan Codex untuk mengembalikan kejayaan mereka yang telah pudar.

Sejak kalian pertama kali memandang Dee, kehidupan kalian telah mulai berubah. Sekali perubahan itu dimulai, tidak ada lagi yang bisa dikembalikan.

Beruntung, Josh, Sophie, dan Nicholas Flamel berhasil lolos dari Dee. Dee yang merasa telah berhasil setelah mendapatkan Codex pun tak keberatan meninggalkan Flamel yang melarikan diri. Sayangnya Flamel tak sebodoh itu. Josh, berhasil merobek dua lembar terakhir Codex yang menjadi bagian terpenting buku itu. Meski ketika merobeknya ia tak sengaja – bahkan tidak tahu apa yang diperebutkan kedua orang itu - , namun ia berhasil menyelamatkan hidup umat manusia dengan merobek kedua lembaran terakhir dari Codex. Flamel tahu ia telah menjerumuskan baik Josh maupun Sophie dalam bahaya karena keduanya melihat Dee (yang tidak akan meninggalkan saksi mata hidup-hidup setelah melihat ulahnya), akhirnya membawa saudara kembar itu ke tempat yang aman. Meski Paranelle diculik oleh Dee, Flamel tahu bahwa istrinya mampu menyelamatkan dirinya sendiri, Paranelle telah mempelajari ilmu sihir sejak lama.

Perjalanan dimulai dengan mencari orang yang bersedia membantu mereka. Flamel memutuskan untuk mencari sang Petarung – Scathach (panggilan akrabnya Scatty). Scatty yang berusia lebih dari dua ribu tahun itu pun bersedia membantu Nicholas Flamel dan si kembar setelah melihat aura berpendar yang luar biasa kuat dalam diri keduanya. Mereka melanjutkan perjalanan menemui para Tetua yang tidak ingin mengubah takdir terlebih membahayakan hidup humani, meski mereka tidak tahu apa para Tetua mau membantunya…

src; edited by me

Okay. Stop here hahaha. Kelanjutan perjalanan Flamel, Scatty, dan si kembar bisa dibaca sendiri :P Perjalanan itulah yang memicu rasa penasaran dan menantang.

Woohooo…akhirnya selesai juga! Buku ini sudah mejeng di rak buku hampir 2 bulan T^T setiap kali dipegang, rasanya ngantuuuukkk banget meskipun bukunya seru. Let’s start!

Ini adalah karya pertama Michael Scott yang kubaca. Sebelumnya aku memang sudah sering lihat seri Nicholas Flamel ini di toko buku. Dulu aku nggak tertarik karena covernya yang menurutku nggak menggugah seleraku. Tapi sekarang, covernya punya daya tarik sendiri terutama karena sudah baca isinya. So this time, don’t judge a book by its cover benar-benar berlaku untukku hahaha. Cerita dimulai dengan catatan harian sang Alchemyst yang menceritakan kejadian ketika Dee menyerang toko buku miliknya. Dua halaman pertama itu sukses membuatku penasaran pada alurnya. Konflik cerita sendiri telah diperkenalkan sejak halaman pertama. Tentu saja, aku sangat suka karena aku tipe yang cepat bosan kalau konflik tidak segera muncul. Cara Scott memulai konflik itu sendiri tidak memberatkan pembaca yang baru memasuki tahap adaptasi cerita. Ia membuat pembaca penasaran dengan konfliknya sekaligus memperkenalkan para tokoh dengan tidak tergesa-gesa.

Karakter masing-masing tokoh sangat kuat. Selain memiliki kepribadian yang berbeda-beda, mereka juga memiliki kemampuan yang membuat aku ingin memilikinya. Seperti Flamel yang hidup abadi, Sophie dan Josh dengan aura mereka yang kuat, atau mungkin Scatty yang penuh misteri namun mengesankan. Menariknya, latar waktu yang diceritakan Scott di buku pertama ini hanya dua hari! Wah, dalam 504 halaman…dua hari benar-benar diceritakan secara detil tapi tidak memuakkan apalagi membosankan. Sementara untuk latar tempat, lokasinya di San Fransisco, di tempat-tempat yang bisa dibilang asing. Tentunya, ada setting tempat-tempat lain yang sangat unik (salah satunya Yggdrasill)! Di dalamnya, sang penulis juga menyelipkan sejarah-sejarah dunia dari sudut pandang lain yang lebih berbau sihir. Ada juga makhluk-makhluk maupun tempat yang hanya ada dalam mitologi atau legenda tapi menjadi bahan cerita yang menarik di sini. Dan tentunya, meski ada penggalan sejarah, mitologi, maupun legenda, hal ini tidak menyulitkanku atau menghambat saat membaca. Malah, aku lebih penasaran. POV yang dipakai sendiri adalah orang ketiga, sehingga kejadian yang dialami oleh Flamel, Sophie, Josh, maupun Dee dan Paranelle seolah-olah sedang kita saksikan dari atas.

Di akhir bab, umumnya penulis akan membuat si pembaca penasaran sehingga mau-tidak-mau akan melanjutkan ke bab berikutnya, begitu seterusnya. Sama dengan Michael Scott yang juga membuatku penasaran setiap kali tiba di akhir suatu bab. Penggalan clue yang ia berikan tidak berhenti membuatku kagum karena semuanya membuat aku penasaran dan bertanya-tanya kelanjutannya. Terutama karena pada akhir bab, kita tidak bisa memprediksi hal yang berikutnya terjadi – really unpredictable. Kisahnya lain dari buku fantasi lain yang pernah kubaca atau aku tonton, nama-nama tempat dan tokoh yang fresh dan nggak mainstream.

Hal lain yang membuatku kagum adalah, pada bagian catatan penulis, Michael Scott mengungkapkan bahwa tokoh dalam buku ini memang benar-benar ada dalam kisah mitologi, sejarah, maupun legenda yang sebenarnya. Jadi bisa disimpulkan, bahwa Michael Scott seorang ahli mitologi dan cerita rakyat, bahkan “Raja Fantasi seluruh negeri” tidak salah! Aku kagum dengan cara pembawaannya, mitologi, sejarah, atau apapun itu namanya, serta konflik yang unik ditampilkan oleh Michael Scott. Pokoknya, 500 halaman ini sudah membawaku pada dunia baru yang seruu!
Aku menduga bahwa sebagian besar pengetahuan kalian berasal dari film dan TV. Xena dan Drakula patut dipertanyakan. Tidak semua minotaur [makhluk mitologi berbentuk setengah manusia dan setengah kerbau] jahat, Gorgon Medusa [makhluk mitologi yang digambarkan memiliki rambut dari ular] tidak mengubah semua pria menjadi batu, tidak semua vampir adalah peminum darah, dan klan Torc adalah ras purba yang terhormat.
2014agneskoo 

No comments:

Post a Comment