Penulis: Michael Scott
Penerbit: Matahati
Halaman: 580pg
Harga: IDR 68,000
Rating: 5/5
Nicholas
Flamel membawa si kembar ke Paris, kota kelahirannya. Gerbang ley yang mereka lewati memaksa mereka
pergi tanpa persiapan. Sampai di Paris, Sophie, Josh, Flamel, dan Scatty
dihadang oleh sekutu Dee, Machiavelli. Machiavelli adalah salah satu manusia
abadi yang bekerja untuk Tetua Gelap. Menurut Scatty, Dee akan terlihat amatir
bila disandingkan dengannya.
Seiring
perjalanan mereka, Flamel semakin menua. Ia butuh Codex untuk membuat ramuan
agar hidupnya tetap abadi. Sophie telah dibangkitkan, dan Josh ingin – sangat ingin – dibangkitkan. Ini
semua karena pertemuannya dengan Dee saat berada di Ojai. Josh tidak lagi
percaya pada Nicholas.
Dia tahu kenapa Josh marah pada sang Alchemyst; kembarannya itu iri dengan kekuatan Sophie yang telah Dibangkitkan, dan dia tahu Josh menyalahkan Flamel karena membahayakan dirinya. Tapi itu tidak berarti Nicholas bersalah.
Paranelle
terkurung di penjara, di Alcatraz dengan sphinx yang menyedot auranya. Ia tak
punya kekuatan. Paranelle juga menua, tapi ia tak bisa lari ke manapun dengan
sphinx berada di sekitarnya. Tapi, Paranelle memiliki kemampuan yang tidak ada
sangkut pautnya dengan aura. Ia bisa berbicara dengan hantu, arwah. Alcatraz
adalah pulau para hantu. Paranelle menemukan teman, sekutu.
Flamel,
Scatty, Sophie dan Josh harus mencari tempat berlindung selama berada di Paris.
Kota yang dulu dikenal dengan baik oleh Nicholas telah berubah. Tapi salah
seorang muridnya masih di sana, Saint-Germain. Sophie bertemu dengan pemilik
aura perak terakhir. Dan Josh dengan ambisinya untuk Dibangkitkan agar ia sama dengan Sophie. Belum lagi, Josh
percaya pada kata-kata Dee…benar-benar memperburuk keadaan!
Sudah
kuduga. Pasti Josh akan membuat masalah. Sejak pertemuannya dengan Dee, aku tahu
dia akan percaya pada Dee dan akhirnya menumbuhkan rasa iri terhadap Sophie.
Yang tidak terduga adalah, ke mana dan seberapa jauh Michael Scott akan bermain dengan rasa iri Josh. Meskipun aku tahu bahwa rasa iri dan kepercayaannya pada Dee, aku tetap tidak bisa menebak bagaimana perasaan-perasaan itu mempengaruhi cerita ini. Twist yang
ia berikan dalam cerita ini benar-benar tidak biasa sehingga membuat jalan
ceritanya tidak terduga. Jika dalam cerita lain, penulis akan memuaskan
pembacanya dengan mempertahankan para tokoh baik. Maka, penulis yang satu ini
akan membuat para pembaca gemas karena tokoh baik tidak selalu mendapat hal
baik. Aku suka terhadap konsep ini karena membuatku mengingat jasa si tokoh
baik itu.
Seperti
buku pertama, tokoh di buku kedua ini tidak kalah menantang. Tokoh baru seperti
Machiavelli memiliki karakter kuat dan penjelasan rinci mulai dari fisik, tingkah-laku,
hingga pemikirannya. Caranya mendeskripsikan para tokoh juga sangat seru. Selain
itu, cameo dalam cerita ini juga menarik. Dengan banyaknya tokoh mitologi,
mitos, dan legenda membuatku semakin penasaran kira-kira makhluk seperti apa
yang nanti akan muncul.
Sudut
pandang yang digunakan sang penulis adalah sudut pandang orang ketiga. Aku sangat
suka caranya memanfaatkan penggunaan sudut pandang ini. Karena meskipun pembaca
menjadi tokoh yang serba tahu perasaan dan kegiatan yang dilakukan para tokoh,
jalan ceritanya tetap tidak tertebak. Masih ada unsur secret yang ditampilkan oleh Michael Scott.
Di review
sebelumnya, aku lupa menyebutkan peran penting sang penerjemah, Berliani M.
Nugrahani yang sangat sukses membuatku tenggelam dalam dunia Nicholas Flamel.
Kali ini pun, aku kagum dengan penerjemahnya, Novia Stephanie yang
menerjemahkannya dengan bahasa yang tidak memberatkan pembaca.
This is one
of my favorite series!! Definitely! Wajib untuk para pecinta buku fantasi~
2014agneskoo
No comments:
Post a Comment