Penulis:
Winna Efendi
Penerbit:
GagasMedia
Halaman:
318pg
Harga: IDR
46,000
Rating:
4/5
"Di antara kita berdua, siapa ya kita-kita bakal jatuh cinta duluan? Kamu atau aku?"
"Kamu."
Sepasang anak kecil yang bersahabat sejak kecil mulai beranjak dewasa. Niki, gadis yang dulu tomboy kini menjadi anggota cheerleaders yang cantik, meski tetap polos. Gadis yang selalu ceria dan menjadi bagian penting dalam hidup Nata. Nata, anak laki-laki yang dulu tidak pernah mau berbagi pada siapa pun, terutama anak perempuan, akhirnya luluh pada Niki. Nata dan obsesinya dengan musik telah bertumbuh seperti Niki. Nata merasa sesuatu berubah dari Niki. Atau mungkin perasaannya yang berubah?
"Memangnya kalian pacaran? Atau jangan-jangan kamu lagi yang naksir sama dia."
Di antara persahabatan Niki dan Nata, ada Annalise, murid pindahan dari luar negeri. Sejak awal, Niki sudah ingin menjadi sahabatnya dan secara tidak sengaja, Anna juga bertemu dengan Nata. Anna pun masuk ke dalam lingkaran persahabatan mereka. Anna selalu menganggap Nata berbeda. Dan perlahan ia sadar perasaan itu.
Tidak hanya Anna, seorang pria dari sekolah seberang juga hadir di tengah mereka. Oliver, kapten tim basket uang bertemu Niki ketika melakukan pertandingan. Oliver tertarik pada Niki sejak kali pertama mereka pertemu. Ia terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Niki yang selalu mengharapkan pangeran berkuda putih yang sempurna luluh dibuatnya. Di sisi lain, Nata tidak senang akan kehadiran pria itu.
Ketika Oliver hadir, Nata baru sadar akan perasaannya. Anna menyuruhnya untuk jujur akan perasaannya sendiri, meski Anna sendiri pun tidak berani mengakuinya. Di saat keberanian itu muncul, Nata sadar ia telah terlambat.
“Sejak dulu Niki pengen punya cowok yang sempurna, yang nggak takut untuk bilang sayang dan ngasih berbagai macam kado. Dan gue, bukan tipe cowok seperti itu.”
Niki sendiri sudah terlalu buta untuk menyadari perasaan orang yang selama ini ada untuknya, tidak menyadari betapa pentingnya kehadiran Nata dalam hidupnya. Ia selalu mengira tanpa dirinya, segalanya akan lebih mudah bagi Nata. Tapi sebenarnya, Niki sendiri merasa kehilangan kehadiran Nata.
Lo salah, Nik. Yang duluan jatuh cinta di antara kita ternyata bukan lo, tapi gue.
edited by me |
Meski
melewatkan penayangannya di bioskop, akhirnya aku pun membeli buku ini karna
jatuh cinta pada karya penulisnya. Meski sudah mendengar gambaran dari cerita
keseluruhannya, aku tidak merasa seperti ingin melewati bagian-bagian tertentu.
Justru aku lebih penasaran akan ceritanya. Yang lucu adalah, sejak awal aku
tidak tahu siapa yang perempuan maupun sebaliknya hahaha. Bagiku nama keduanya
unisex, bisa untuk perempuan maupun laki-laki. Jadi aku berkali-kali bertanya sendiri
“Nata tuh cewek atau cowok?”, lol. Hal pertama yang aku sesali dari buku ini
adalah, aku mendapatkan versi cover film. Menurutku, cover asli buku ini punya
nilai seni lebih. Sayangnya saat dulu baru rilis, aku belum mengerti novel
bahkan tidak suka membaca.
Secara
konsep cerita, novel ini memiliki konsep
yang sederhana dan nggak aneh-aneh. Tema persahabatan antara laki-laki dan
perempuan yang bisa dibilang tidak mungkin tidak ada rasa lain di antaranya. Agak
cliché tapi tidak monoton. Sejak awal, aku merasa seperti seseorang yang
sedang duduk berpangku tangan melihat kejadian-kejadian yang digambarkan dalam
buku ini sambil mengikuti para tokoh-tokohnya. Melihat dari sudut pandang orang
ketiga menyenangkan, bisa melihat keinginan dan perasaan masing-masing tanpa
harus terlibat dalam emosi yang berlebihan. Aku sendiri dapat menikmati
alurnya. Mulai dari awal mula persahabatan Niki dan Nata kemudian mereka
bertumbuh dan bagaimana ada pihak-pihak yang hadir di antara mereka.
Di dalam
buku ini juga banyak bagian yang menurutku ‘manis’. But even though I think it’s
cheesy, I really enjoy reading it. Bagian-bagian tersebut tidak
terkesan berlebihan bagiku, tidak membuatku berpikir “You tried too hard for it”. Pembawaannya juga sangat nyaman dan
natural. Tanpa terasa, aku sudah sampai pertengahan buku. Aku sangat suka
bagaimana Nata menyembunyikan perasaannya karna tidak ingin merusak
persahabatan keduanya. Hal yang paling kusukai adalah, cara penulisan dan
alurnya tidak bertele-tele atau dibuat-buat. Poin minusnya sendiri, aku tidak
merasa greget ketika membacanya.
So I
finished this book right after I felt better (i was sick), around 2-3 hours.
Every page led me to the next pages and without knowing, it had ended. Some
part of me wanted to end this book and the other part asked me to keep it slow
and never end it. What a lovely love story. Like it!
No comments:
Post a Comment