Monday, January 6, 2014

Review: One Meaning, Thousand Ways, I Love You by Ardelia Karisa

Judul: One Meaning, Thousand Ways, I love you
Penulis: Ardelia Karisa
Penerbit: Bentang Belia
Halaman: 254pg
Harga: 39k

Rating: 2.5/5

Ramya, gadis asal Indonesia melanjutkan studinya ke Joplin, Amerika. Di sana ia tinggal sendirian dan harus beradaptasi pada lingkungan asing yang baru baginya. Saat dia merasa putus asa akan lingkungan barunya itu, Ramya malah bertemu dengan bule yang menurutnya menyebalkan. Belum lagi bule itu adalah dosennya!

Huh, kurang sial apa Ramya. Si bule itu Chris namanya. Ternyata ia sangat terkenal di kampus Ramya. Tampan, pintar, tentu saja yang tidak boleh terlewatkan - menyebalkan. Chris selalu menjadikan bahan candaan di kelasnya. Tapi ternyata, ada Chris juga punya masalah percintaan. Chris? anak band yang sempurna itu? Well, nyatanya iya. Dan ternyata, Chris adalah tetangga Ramya. 

Karena sering mengikuti kelas Chris, dan tentu saja tidak boleh melupkan fakta bahwa ia tetangga Ramya, mereka menjadi lebih sering bertemu. Keduanya menjadi dekat. Di sisi lain, Ramya berhasil menghubungi teman lamanya di Indonesia. Arian. Pria itu sebenarnya lebih dari sekedar teman.Ia cinta pada masa SMA Ramya.

Sebenarnya, bagi Chris, Ramya adalah pelarian karena rasa sakit lamanya. Menjadikan Ramya permainan untuk membuat sang mantan cemburu. Ya, meski gagal. Lalu Ramya sendiri, apa ia sadar bahwa dirinya sedang dipermainkan? Mungkinkah...Arian mengisi tempatnya yang dulu sempat pudar dimakan waktu?



Saat pertama kali membaca judulnya (yang menurutku terlalu panjang dan cheesy), aku sudah tahu bahwa akan ada banyak hal yang tidak kusukai nantinya. Lembar-lembar penting pertama tidak membuatku berselera membacanya, akhirnya buku ini berakhir di rak buku tak tersentuh selama beberapa hari. Saat akhirnya aku menemukan mood membacaku, saat itulah aku lanjut membaca. Menurutku karakter setiap tokohnya tidak terlalu kuat dan terlalu biasa. Banyak cameo yang pada akhirnya peran mereka tidak berpengaruh pada keseluruhan cerita. Memasuki bab 2, aku melewati beberapa bagian karena membuatku tidak selera, dan lagi-lagi, tidak ada hubungan maupun pengaruh pada bagian selanjutnya. Kalau bisa , karakter tokoh diperkuat dengan menjelaskan beberapa detil kecil dan jika memang ada bagian yang menjelaskan latar suasana maupun waktu ada pengaruhnya pada bagian selanjutnya. Tidak perlu semua, tapi jika tidak ada hubungannya sama sekali menurutku percuma.

Cerita ini menggunakan alur campuran. Di awal memang tidak terlalu masalah karena memang sudah jelas bahwa itu prolog. Tapi di bab-bab akhir, aku justru bingung apakah ini masih flashback atau sudah di masa sekarang. Hal berikutnya yang menggangguku adalah POV di cerita ini. POV di cerita ini berubah-ubah. Kadang Ramya, Chris, maupun Arian. Di beberapa bagian awal, POV tidak dituliskan. Padahal POV berubah ke orang baru yang sebelumnya belum disebutkan. Hal ini membuat aku bingung dan bertanya sendiri ini siapa, emangnya tadi udah ada? dan membuatku harus membalik-balik halaman awal untuk mencari tahu apa si tokoh baru ini sebelumnya sudah disebutkan. 

Secara jalan cerita, menurutku pribadi meski tokoh utamanya 3, tapi ini bukan cinta segitiga. Terlalu jelas siapa yang nantinya akan dipilih Ramya di akhir cerita. Terlalu cheesy dan meski agak unexpected tapi pada akhirnya komentarku adalah, biasa. Twist-nya tidak terasa dan tidak membuatku tenggelam dengan emosi yang ingin disampaikan. Karena sebelum beralih ke novel aku membaca fanfiction di asianfanfics, jalan cerita novel ini sebenarnya mengingatkanku pada jalan cerita yang biasanya ada di dalam fanfics. Fanfics yang aku baca sendiri sudah cukup banyak, itulah sebabnya kenapa aku bisa berkomentar seperti ini. 


Dari atas sepertinya hanya poin negatif aja hihi. Tentu saja ada poin plus di buku ini. Meski aku banyak protes saat membaca, tapi pada akhirnya aku menyelesaikan buku ini tanpa ada jeda. Ceritanya mengalir meski agak membingungkan soal POV tadi. Karena sebelum menulis review ini aku sempat bertanya komentar si pemilik buku, Mellisa, menurutnya buku ini bagus. Jadi finally, review ini sih hanya menurutku pribadi sebagai pembaca awam. Pendapat orang dan cara menikmatinya berbeda-beda, intinya ini pendapat subjektif :)) Semoga kedepannya, detil-detil kecil bisa diperbaiki dan review ini bisa jadi pembelajaran untuk penulisnya.


2014agneskoo

2 comments:

  1. hemmm, berarti karakternya kurang kuat ya? seharusnya tanpa melihat judul siapa yang bicara kita tahu siapa dia, cukup baca reviewnya aja deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. menurutku sih gitu kak, tapi ga tau deh kalau yang lain hehe :p
      thanks udah mampir ya kaka peri ^O^

      Delete