Friday, November 22, 2013

Review: Picture Perfect by Pradnya Paramitha

Judul: Picture Perfect
Penulis: Pradnya Paramitha
Penerbit: Plotpoint
Halaman: 284pg
Harga: IDR 45,000
Rating: 4.5/5







Sadina Anjani sang putri koruptor yang baru tertangkap. Ayahnya yang masuk penjara menyebabkan seluruh harta keluarga Sadina disita negara. Hidupnya pun berubah derastis. Dina akhirnya harus mencari kerja dan di saat itulah ia bertemu dengan Andi Samandjaya. Andi adalah pelukis muda yang sedang tenar. Berbeda dengan pelukis lainnya, Andi Samandjaya adalah orang yang modis. Namun pertemuan pertama mereka justru menimbulkan kekesalan terutama bagi Andi karena tingkah Dina yang mengesalkan. Tapi justru itulah daya tariknya.

Karena bagi Andi, sejak Sadina hadir dalam hidupnya, bahagia dan mendertia menjadi begitu sederhana.

Sadina sendiri merasa Andi membencinya karena pertemuan-pertama-tidak-menyenangkan itu. Tapi takdir malah mempertemukan mereka lagi secara paksa. Mau tak mau, Sadina mengikuti kemana arus membawanya, yaitu
mendekati Andi Samandjaya. 

Fakta yang dilupakan Sadina adalah, Andi seorang yang membenci koruptor. Dan, ayahnya adalah seorang koruptor. Meski ia menyukainya sekalipun, Sadina tak tahu apa Andi bisa menerima koruptor yang ia benci adalah ayah Sadina.

Membenci latar belakang Sadina, atau mencintai Sadina? Read



Sekali lagi nyempil-nyempil 15 menit jam istirahat sekolah hahaha. Buku memang selalu asyik dibaca di jalan. Aku suka bagaimana penulisnya tidak bertele-tele menjelaskan masa lalu Sadina di awal karna mungkin jika itu terjadi aku akan super malas meneruskan membacanya. Sebaliknya masa lalu Sadina justru dibuka secara perlahan seiring berjalannya cerita ini. Sadina dan Andi memiliki sifat yang sangat berbeda sehingga ada saja konflik yang membuatku tersenyum.

Oh ya! Di beberapa part, ada bagian di mana mama-nya Andi hadir dan memberi warna yang konyol. Tentu saja berpengaruh baik dalam hubungan keduanya. Konfliknya berjalan perlahan tapi tidak membosankan. Latar metropolis juga andil dalam kisah mereka, konflik yang terpengaruh dari latarnya membuat segalanya jadi logis. Kenapa ini bisa begini dan kenapa kok mau begitu. 

Kalau dilihat secara subjektif, aku tidak suka latar metropolis di mana seseorang harus merekok, minum, atau hal terbuka lainnya yang bersifat negatif. Mungkin sisi subjektif itu yang mengurangi poin novel ini. Serta aku menemukan cukup banyak typo yang lumayan mengganggu. Aku suka konflik dasarnya yang simple tapi perannya penting, dan tentu saja cara sang penulis mengembangkannya sehingga tidak terasa terlalu berat untuk dibaca.

Overall, waktu istirahat, pulang, dan sebelum tidur yang mepet-mepet itu membuatku mendapat bacaan baru yang bagus! love it!

2013agneskoo

No comments:

Post a Comment